Jumat, 09 Oktober 2009

Budaya Indonesiayang di klaim malaysi


Klaim kebudayaan Indonesia masih saja terus dilakukan Malaysia. Setelah sebelumnya lagu ‘rasa sayange’, batik, angklung, reog Ponorogo, bunga Raflesia, dan yang terbaru tarian sakral Bali, tari Pendet. Inikah cara Malaysia meng-‘KO’ (Knock Out) RI?
Geram dan marah muncul dari masyarakat Indonesia menyikapi klaim kebudayaan yang dilakukan Malaysia. Berbagai aset budaya nasional dalam rentang waktu yang tak begitu lama, diklaim negara tetangga.
Pola pengklaimannya pun dilakukan melalui momentum formal kenegaraan. Seperti melalui media promosi ‘Visit Malaysia Year’ yang diselipkan kebudayaan nasional Indonesia.
Klaim-klaim ini seperti menambah deretan panjang kisruh Indonesia versus Malaysia. Mulai persoalan perbatasan Ambalat, hingga persoalan penanganan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia.
Klaim terbaru soal tari pendet seperti mempertegas posisi Malaysia versus Indonesia. Kondisi ini pun menjadikan polemik di internal, ada yang menyikapinya konfrontatif ada pula yang melalui jalur ‘damai’.
Salah satunya yang disampaikan pemerhati budaya Edi Haryono. Menurut dia, sudah saatnya RI-Malaysia duduk bersama untuk mendata secara detil mana kebudayaan Indonesia dan mana kebudayaan Malaysia.
Menurut pemimpin Theater Bela Studio ini, persoalan seperti klaim tari Pendet oleh Malaysia masih berpeluang terus terjadi dan tidak hanya dari Malaysia, namun negara lainnya di sekitar Indonesia. “Bisa saja, nanti Brunei Darussalam juga mengklaim kebudayaan kita. Ini karena, memang pada dasarnya kita satu nusantara,” cetusnya.
Menurt Edi, dalam beberapa kasus pengklaiman budaya RI oleh Malaysia karena ketidaktahuan negara jiran itu atas budaya Indonesia. Budaya yang telah melekat di Indonesia, juga menjadi bagian budaya bagi masyarakat Malaysia yang diperkenalkan oleh orang tuanya sejak kecil.
“Seperti pernyataan Anwar Ibrahim yang menegaskan sejak kecil dirinya sudah tahu tentang lagu-lagu dari Indonesia, meski warga Malaysia tidak tahu kalau lagu itu dari Indonesia,” paparnya.
Realitas ini setidaknya untuk mendamaikan suasana antara kedua belah pihak. Meskipun, Edi tidak menampik pengklaiman budaya Indonesia oleh Malaysia terdapat kemungkinan faktor kesengajaan. “Mungkin saja ada faktor kesengajaan. Makanya, harus duduk bersama untuk mendata kebudayaan masing-masing negara,” tegasnya.

0 komentar:

vita ok © 2008 Por *Templates para Você*